14 May 2007

Imam Wahyuddin

Hari ini setelah googling, akhirnya kutemukan tempat persembunyian seorang teman spesial semasa mondok dulu, dan sekarang dia tepat berada pada jalur menuju pencapaian puncak seorang intelektual muslim. Namanya Imam Wahyuddin orang gresik yang terdampar di Madura, 3 tingkat di bawahku (tapi pencapaian intelektualnya sangat jauh diatasku, dan aku harus mengakui itu), intensitasnya membaca buku juga jauh di atasku, ah kalau mau di bandingkan sepertinya ngaak fair karena aku jelas kalah, ya kan Man !.

Kalau mau digambarkan sedikit, dia benar-benar seorang kutu buku tulen dan di antara teman-temanku di pondokku dulu tidak ada yang menandinginya, sampai sekarang pun mungkin. Buku yang dia baca kebanyakan buku yang tidak banyak orang yang menyentuhnya, filsafat, teologi, pemikiran keislaman pokoknya buku-buku yang sejenis itu. Dia juga sangat intens menulis, terutama mengenai isu ke-Islaman, Nur Kholis Majid adalah tokoh pemikir Indonesia idolanya.

Di pondok yang masih konservatif dalam pemikiran, pikiran-pikirannya kadang di anggap membahayakan akidah oleh sebagian penghuni pondok. Sebagai pengajar Aqidah dia seringkali menganggap bahwa ranah ini masih sangat jarang di sentuh oleh kajian yang mendalam, kita selama ini menerima doktrin tentang Tuhan begitu saja tanpa proses pemikiran karena memang selalu dikatakan bahwa kita tidak boleh memikirkan itu..!
Suatu ketika di suatu kelas dia mengatakan “Tuhan hanya ada dalam otak” (kalau pengen tahu mengapa …? Tanya dia aja ya), perkataan ini menyebar dan terdengar seantero pondok dan sepertinya jadi permasalahan yang besar, para kyai “kecil” sibuk beropini tentang manusia satu ini, malah ada statemen dari sebagian mereka –dari sumber yang terpercaya- yang menghalalkan darahnya karena dianggap sudah kafir, saya yang nggak tau apa-apa juga kena getahnya, hanya gara-gara akrab sama manusia satu ini , what a crazy word!. Singkatnya di pondok ribut….!

Untungnya Kyai –dengan “k” besar- seorang yang bijak, setelah mendengar tepatnya membaca konfirmasi dari Imam beliau mengganggap itu bukan masalah besar. Kek..kek..
Jadinya selesai begitu saja –nggak seru banget ya- coba seandanya kejadiannya begini :

“Setelah pak Kyai mendengar hal itu dan dengan memperhatikan beberapa hal terutama demi terjaganya akidah santri, maka Imam Wahyuddin di usir dengan tidak hormat. hu.. hu..”.

Atau yang lebih seru :
“Setelah mempertimbangakan beberapa hal termasuk menyeleksi buku-buku yang dia baca, tulisan-tulisannya, dan kejadian terakhir yang melibatkannya maka diputuskan dia sudah kafir, darahnya halal (gampangnya nunjuk orang lain kafir?), hasilnya santri, ustadz, kyai-kyai, tukang kebon, semua bawa clurit, parang, golok, ngejar-ngejar dia….! (teruskan sendiri… ngeri) darah berceceran di mana-ma……….! Wa kak kak !”
Ngaco….!

Muslim Sejati Kata ini yang selalu di ucapkan dan ditulisnya dulu, sekarang berubah ya?. Buku-buku ku yang banyak dia baca selalu di tandai dengan kata-kata ini. Maksudnya apa ya? Mungkin kalau bisa ku tebak, muslim yang benar-benar muslim, muslim yang mau berpikir, muslim yang tidak terjebak pada klaim-klaim kebenaran yang sering menyebabkan perang, muslim yang santun beribadah, muslim yang tidak kaku dalam menerapkan nilai-nilai yang di ajarkan Nabi dengan al-Qur’annya, muslim yang humanis, yang antroposentris bukan lagi teosentris (apa pula ini ya..?), pokoknya kurang lebih begitu (saya pengen nulis tentang hal-hal ini…kalau sempat, kalau mampu..!).

No comments: