30 June 2007

Pulang...pulang...!

Baru kali ini bisa kembali nge-blog, maklum baru pulang ke kampong di wonosobo setelah 6 bulan di Surabaya…… yang terasa perubahan kembali secara drastis dari suhu Surabaya yang panas ke Wonosobo yang dingin….! Dan akhirnya saya pilek dengan sukses……..

Perubahan memang harus terus terjadi, meski ada yang bilang pasti terus terjadi, ya seperti statemen dalam filsafat, “tidak ada yang pernah melewati jalan yang sama seumur hidupnya”.

Perubahan materiil mudah dilakukan, yang kecil jadi besar, baik kemudian rusak dll, lha yang sulit itu perubahan non-materi, jiwa, spirit, rasa aduh sulit lho….! Kadang walau belajar bertahun-tahun ndak ada perkembangan dari sisi kepribadian ya begitu-begitu saja, (seperti saya ini…ni…!). Spiritualitas juga kadang ndak berkembang meski sudah ngaji bertahun-tahun malah dengan berlalunya waktu karang rasa keagamaan makin pudar…… mungkin karena…..?

Yah... yang jelas sekarang dah di rumah, ngurusi bunga lagi.... asyik dah...!

11 June 2007

Kita Bukan Monyet Kan ?

Cerita ketika kuliah semester 6 dulu, materinya lupa, tapi ini saya tulis disini bias nggak lupa –padahal detailnya sudah lupa. Dialognya kurang lebih seperti ini

Dosen : “Kita tidak boleh memahami agama lewat akal, karena akal kita sangat terbatas, sehingga bisa-bisa kita terjerumus kejalan yang tidak benar”
Saya : “Pak memang batasan akal itu dimana……?”
Dosen : “Lho kamu …………………(dia menyebut nama saya), -dengan nada yang sedikti tinggi- yang membatasi akal itu ya agama, akal itu dari kata ‘aqola yang artinya tali, batasan, jadi akal dibatasi oleh agama, kalau orang yang tidak bisa membatasi akalnya dia tidak bisa dikatakan beragama, laddina liman la’aqla lahu, tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa membatasi dirinya…………………………” (keterangan yang laen dah lupa, pokoknya panjang sampai sekitar setengah jam, isinya akhir-akhir nasehat, kalau baca buku, baca buku yang bener, jangan ikut-ikutan pemikiran orang-orang barat, jangan ikut-ikutan JIL, -koq malah jadi dikait-kaitkan kesana yah…!- dll pokoknya panjang lebar)

Saya : “Lho pak, kalau agama yang membatasi akal, apa gunanya Tuhan menciptakan akal sebagai keitimawaan manusia dibanding makhluq yang lain, akal kan gunanya memang untuk berfikir apa saja termasuk agama”

Ini pertanyaan yang sebenarnya akan saya utarakan, tapi karena sudah sore dan mata teman-teman pada sudah melotot, akhirnya terpendam di hati.

Saya baru dengar lho laddina liman la ‘aqla lahu diartikan tidak ada agama bagi orang yang tidak bisa membatasi dirinya, biasanya kan “tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal”, saya jadi berfikir, apa memang mungkin mengartikan al-Qur’an maupun hadist sesuai tujuan kita, ya seperti di atas, kalau memiliki keyakinan bahwa akal terbatasi pakai yang pertama, kalau yakin akal sangat penting bahkan dalam memahami agama yang jelas perpusat pada al-Qur’an, pakai arti yang kedua. Wah runyam juga.

Sebenarnya persoalannya dimana sih…..!

Tafakkaru ‘anil kholqi wala tafakkaru ‘anil kholiki
Berfikirlah kamu akan ciptaan-Nya tetapi jangan berfikir terhadap penciptan (Tuhan).

Padahal kalau dipikir-pikir statemen ini ujung-ujungnya juga berfikit tentang Tuhan lho…!, cobalah berfikir tentang alam, langit, tumbuhan, materi, energi ujung-ujungnya juga siapa yang menciptakan ya…? kenapa ? bagaimana ?, lho kan ujungnya tetap berfikir tentang Tuhan.

“Makannya ayat itu jangan di pikirkan di baca terus diikuti, gitu aja koq repot sih…!”

Ya…ya… jadi saya nggak boleh berfikir apa-apa…? Kalau gitu apa bedanya dengan monyet ?

08 June 2007

Konsistensi, Pengaruh dan Calon Istri…

Judul Opo Iki...?


Wah baru posting, sekarang…! Setelah nunggu-nunggu akhirnya bias juga posting…! mau konsisten, koq susah ya….? bahasa lainnya istiqomah, jadi ingat cewek namanya istiqomah….hmm… bukan apa-apa, aneh saja ada anak SMP suka ma saya…! Harusnya yang suka ma saya paling muda kelas 3 SMA, sukur-sukur dah kuliah, wong sayanya dah selesai kuliah tahun kemarin… entah apa yang dipikirkannya…!

“Koq malah nulis cewek sih..! mentang-mentang belum punya calon ya….?”

Iya ya.. kenapa malah nulis tentang cewek…? Tapi bayangkan saja, orang tua nyuruh kawin-kawin, memang saya anak tertua, tapi saya sih maunya nanti umur-umur 27/28 baru kawin. Lha sekarang masih terlalu muda kali.

”Teman akrabmu nikah, padahal umurnya baru 23 tahun, kamu lebih tua lho …!”, ini perkataan ibuku ketika ngasih tahu teman saya kawin…. Waduh-waduh, emang gini ya nasib anak pertama, disuruh-suruh kawin terus, padahal sayanya kalo bias masih mo kuliah ya ke S2 kalo mungkin.

“Ya kalo bias kamu kuliah lagi ke S2, tapi syaratnya harus nyari beasiswa, biaya S2 kan mahal………” ayah saya pernah ngomong seperti ini.

Saya hanya manggut-manggut dengarnya…. Bisa nggak ya…? orang sebodoh saya mau nyari beasiswa ? beasiswa dari Hongkong….?
Lha malah ngomong ini……?

Iya-ya saya baru bisa nulis bukan karena nggak konsisten, baru posting karena koneksi di kampus –kampus yang cuma ditempati 6 bulan- lambat minta ampun….. mo login ke blogger saja nggak bisa, masalahnya mungkin dibatasi ma proxy-nya, mau ke warnet jauh, nggak ada sepeda motor.

Btw, konsistensi bisa jadi senjata maut untuk mempengaruhi orang lho, masalahnya orang biasanya gak mau kalo dikatakan nggak konsisten. Ini pernah di pake sebagai tekanan psikologis bagi tentara Amerika yang di tahan di Jepang, mereka di suruh menulis yang baik-baik tentang Jepang dan hal-hal yang jelek tentang Amerika, hasilnya keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap negaranya goyah lho….

Yang sederhana, misalnya ada anak yang malas belajar, suruh saja dia menulis “Saya orang yang sangat rajin”, kalo bias di publikasikan, entah di dinding atau dimana…..! dengan sendirinya akan muncul dorongan untuk menjadi seperti yang dia tuliskan. Contoh lain, ada beberapa produk yang mengadakan undian berhadiah, salah satu cara mengikat orang untuk selalu memakai produk mereka adalah dengan mengharuskan orang yang mengirim harus mengomentari produk mereka, dan nggak mungkinkan komentarnya jelek, pasti yang baik-baik. Biasanya kemudian akan mengasosiasi dalam pikirannya tentang apa yang ditulis, meski sebelumnya nggak percaya.

Yah… ini memang bukan kata saya….! Saya Cuma merangkum sedikit dari buku “Psikologi Persuasif”, pengarangnya saya lupa…. Wong bukunya ada dirumah…. Dan saya lumayan pelupa…….!, Tapi yang jelas ini buku yang bagus….. kalau mau tau teori tentang bujuk membujuk…

Eh bisa untuk mbujuk calon mertua biar ngasih anak perempuannya nggak…?, ato buat mbujuk cewek jadi istrimu……?” sahabat saya tiba-tiba nyletuk.
“Lha malah kamu yang bawa-bawa masalah ini lagi………!, tak antemi koe……!”

Udah dulu ah…….!